Sejarah Singkat Asal Usul Nenek Moyang Orang Sunda

Sejarah Singkat Asal Usul Nenek Moyang Orang Sunda

Sejarah Singkat Asal Usul Nenek Moyang Orang Sunda


Perjalanan bangsa Sunda di awali dari daerah Sumatera kaprah-kaprah antara kurang lebih 75000 sebelum Masehi. Bangsa atau Masyarakat pada waktu itu semuanya pendatang mereka berasal dari berjenis-jenis Negara seperti  Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Persia, India,Gujarat, Arab, China namun yang paling banyak berasal dari Yunani dan Bangsa Aria.         
Mereka membangun kebudayaan selama beribu-ribu tahun di wilayah Sumatra dan berpusat di Mandailing yang di ambil dari kata Mandala Hyang yang berarti (suatu sentra daerah tinggal masyarakat seperti perkampungan atau pedesaan atau sebuah Negara) dan daerah Batakaro hingga Padang.
Para leluhur kita memeluk ajaran Surayana atau ajaran Surya. Pada suatu masa Gunung Batara Guru meletus hingga habis, sebab dahsyatnya letusan, Langitpun menjadi gelap tertutup debu hingga  3 bulan lamanya.
sesudah  meletus Gunung Batara Guru  yang tersisa hanya tinggal bukit kecil yang sekarang dinamakan Pulau Samosir yang dikelilingi dengan genangan air yang luasnya kurang lebih 100 Km2 yang sekarang menjadi Danau Toba.
Seiring dengan berobahnya jaman masapun berganti ceritapun berubah, sentra kebudayaan bangsa Sunda yang disebut dengan mandala Hyang bergeser ke Gunung Sunda, yang sekarang terkenal dengan nama Gunung Krakatau.
Pada ketika itu belum diketahui konsep Negara, namun lebih terhadap konsep Wangsa (bangsa). Kawasan Mandala Hyang pada masa itu diketahui dengan sebutan “Buana Nyungcung” sebab berlokasi pada wilayah yang tinggi. Puncak Pertala di Buana Nyungcung Gunung Sunda dijadikan Mandala Hyang, seluruh aktivitas masyarakat mewujudkan sebagian kemajuan kemajuan disegala bidang kemudian aktivitas masyarakat tersebut terhenti kembali ketika Gunung Sunda (Gunung Krakatau)meletus, daratan terbagi menjadi dua (Sumatra dan Jawa), dan mengakibatkan banjir besar dan usainya zaman es pada sekitar 15.000 SM. Segala bukti kemajuan jaman bangsa tersebut hilang dan karam, bangsa Sunda kembali membangun peradabannya hingga menurut cerita dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sindhu ( Hyang Tambleg meneng, putra  Hyang Watugunung Ratu Agung Manikmaya) yang kemudian mengajarkan kepercayaan Sundayana (Sindu Sandi Sunda). Ajaran tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Perjalanan Prabu Sindu ke wilayah Jepang membikin ajarannya diberikan nama Shinto, ajaran Surya (matahari), malah ajaran tersebut kemudian dijadikan bendera bangsa Jepang. Perjalanan penyebaran ajaran tersebut kemudian bergerak hingga ke daerah India, hingga terhadap sebuah aliran sungai besar yang membelah sebuah lembah yang nantinya diketahui dengan Jurang Sungai Sindu (Barat mengenalnya dengan nama Jurang sungai Hindus), tepatnya di daerah Jambudwipa. Perkembangan ajaran tersebut benar-benar luar umum sehingga mewujudkan sebuah peradaban tinggi “Mohenjodaro dan Harapa” yang mempunyai kemiripan nama dengan “Maharaja-Sunda-Ra dan Pa-Ra-Ha/Hu persis dengan sebuah daerah di wilayah Parahyangan sekarang. Ajaran Prabu Sindu yang selanjutnya disebut agama Hindu asalnya adalah ajaran Surayana-Sundayana, yang hingga sekarang masih tersisa di wilayah Nusantara ada di daerah Bali sekarang, serta agama Sunda Wiwitan yang isinya sama mewujudkan Sang serta Alam sebagai panutan hidup, dan apabila dianalisis lebih mendalam ajaran ini adalah ajaran Monotheisme atau percaya terhadap Tuhan Tuhan Tuhan Esa. dalam Islampun Percaya terhadap Tuhan Tuhan Tuhan Esa adalah adalah ajaran “Tauhid”.

Asal Usulan Suku Sunda Yakni Suku Pendatang

Di daratan Asia, kaprah-kaprah antara Pegunungan Hindu kush dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsa Aria sebelum kehancuran  bangsa Aria mereka banyak yang merantau hingga ada yang hingga ke tanah Sunda, Pelabuhan Ratu Sukabumi  adalah Pantai Laut Selatan yang  benar-benar setrategis untuk berlabuh kapal, di pelabuhan ratulah Bangsa Aria pertama menginjakan kakinya di tatar Sunda, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berjenis-jenis daerah, bertahun-tahun berlalu Bangsa Aria resmilah telah mereka menjadi bangsa pribumi di Tatar Sunda.

Pengerjaan akulturasi kebiasaan ini dapat kita lihat dalam metode religi yang diaplikasikan, Pendatang mengalah dengan situasi dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai sentra ‘sesembahan’ orang Sunda konsisten menempati daerah yang paling tinggi, padahal dewa-dewa yang menjadi ‘sesembahan’ pendatang ditempatkan di bawahnya.  itu dapat dipandang dalam stratifikasi metode ‘sesembahan’ yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau  Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, adalah : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi  Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tak saja dalam lingkup kebiasaan, namun dalam perkawinan. Nah dari situlah campur bawur  melewati perkawinan  akhirnya berdirilah Kerajaan pertama di tatar Sunda degan Nama Salaka Nagara.

Komentar